Rabu, 16 Februari 2011

Selendang Ungu nya tersangkut di Tasku Yang Ungu

 
Selendang Ungu nya tersangkut di Tasku Yang Ungu


Sore itu saya berangkat dari Depok (stasiun pondok cina),  naiklah saya kereta ekonomi jurusan Tanah Abang, dengan penantian tak cukup lama, keretaku tiba kurang lebih 5 menit, terbantahlah lagu iwan fals pada saat itu. Suasana yang ramai dan berdesak sudah menjadi pemandangan biasa, terutama di saat jam-jam pulang kantor.

Kudapati selalu ibu-ibu dengan baju ungu, baik jilbabnya ataupun pakaiannya, ataupun tas dan sepatunya, hal ini tentunya  jarang sekali kudapati pada seorang laki-laki yang mengunakan kemeja atau assesoris lainnya yang berwarna ungu.
Tiba akhirnya saya pada stasiun cawang, stasiun yang merupakan track kesukaan saya, karena track ini merupakan rangakaian yang penting agar saya bisa pulang ke Tangerang. Saya susuri tangga demi tangga untuk mencapai bagian atas jalan, karena stasiun cawang ini memang berada di bawah.

Setibanya di atas (jalan Gatot Subroto) persis di depan Gedung Menara Saidah, saya menunggu Patas PPD 46, jurusan Cililitan – Grogol, bis yang hanya dengan 2 rb bisa mengantarkan saya ke Slipi Jaya. Setengan jam menunggu, 40 menit berlalu, akhirnya ada seorang bapak memberi tahu bahwa ijin trayeknya telah dibekukan karena bersinggungan dengan jalur bus way. Hoho.,saya masih ragu saya akan menunggu Patas 119 kampung melayu-tangerang yang tracknya kebetulan juga melewati cawang, tapi 45 menit berlalu. Yah memang armada ini sangat jarang. Akhirnya saya putuskan untuk berjalan kaki lagi menuju shelter Bus Trasjakarta terdekat( dengan berat hati, karena blm pernah, hehe).

Memang tidak menunggu lama, bus Trans Itu datang silih berganti, akhirnya saya pun naik, sampai didalam memang bangku2 itu sudah penuh, tapi tidak terlalu berdesak orang berdiri di dalam. Singkat cerita tiap shelter saya perhatikan detailnya dan tidak lupa saya selalu melihat kepada route guidance diatas pintu (rute tiap shleter dari keberangkatan hingga rute berhenti ), walhasil leher agak pegel-pegel, karena terpaksa melihat panduan tersebut (malu bertanya leher pegel).

Semakin padat suasana didalam Bus Trans ini, terutama ketika shelter Kuningan, semakin banyak yang masuk, hingga didalam bus Trans Ini seperti kondisi saya naik Kereta ekonomi di Pagi Hari atau Sore hari, yah kondisi seperti dimana bau badan kita bisa sangat jelas tercium atau sebaliknya dan kondisi dimana kita harus “galak’ kepada orang untuk bisa menerobos keluar pintu.  Mata saya tidak lepas memandangin terus route guidance. Akhirnya masuklah  seorang wanita yang dekat sekali berdiri disamping saya, saya pun tidak begitu memperhatikan, karena pandangan saya masih terus menatap panduan ituh sembari saya mendengarkan lagu-lagu  keane : crystal balls, is any wonder serta lagu muse yg selalu terpasang di telinga. Saya pun tersadar dan  bingung menatapi route guidance , karena ternayata shelter Slipi jaya kok tidak ada. Yang saya liat adalah BKN-Cawang UKI-Cawang BNN-Cawang Ciliwung-Cikoko Stasiun Cawang-Tebet BKPM-Pancoran Tugu-Pancoran Barat-Tegal Parang-Kuningan Barat-Gatot Subroto Jamsostek-Gatot Subroto LIPI-Semanggi-Senayan JCC-Slipi Petamburan-Slipi Kemanggisan-S.Parman Harapan Kita-S.parman Podomoro City-Grogol 2-Latumenten Stasiun K.A-jembatan Besi-Jembatan Dua-Jembatan Tiga-Penjaringan-Pluit.

Saya semakin penasaran mau bertanya, tapi posisinya sangat sulit dan sangat rapat sekali hanya untuk sekedar menggerakkan kepala saya, apalagi wanita yang disamping saya juga sambil mendengarkan musik dengan handsfree nya, akhirnya saya mengurungkan niat saya untuk bertanya. Akhirnya pandangan saya alihkan ke bagian kiri jalan, saya perhatikan tiap detail gedung-gedungnya. 

Tiba-tiba sampailah di shelter Semanggi-Senayan, dan wanita disebelah saya akhirnya turun dan melewati pintu keluar, dan sembari dia berjalan keluar pintu, tas saya pun bergerak mengikuti gerak wanita itu keluar (posisi saya di depan pintu)  dan saya baru sadar, ada selendang mbknya tersangkut di resleting tas saya, terlihat wanita itu menarik dengan sekuat tenaga dan dia posisinya sudah menginjak bagian luar shelter dan dalam posisi pintu yang terbuka, saya pun akhirnya responsif  menarik dengan kuat melepaskan selendang itu dari tas saya (selendang ungunya memang panjang dan bagus), akhirnya slendang ungunya pun bisa lepas dengan suara sperti bunyi sobekan,wow  just in time,  waktunya terlepas selendang ungu tersebut dengan menutupnya pintu automatic "ala" Bus Trasnjakarta, udah kayak film james bond atau Mission immpossible., Alhamdulillah.

Akhirnya satu jawaban yang pasti bagi saya adalah, shelter slipi jaya yang saya maksud adalah Petamburan-Slipi. Selamat jalan selendang Ungu dan mohon maaf kalau ada yang sobek pada ujung selendangnya yah mbk.

Riki Martim
(7 february 2011-Bus Trasnjakarta dan Selendang Ungu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar